Fotografi Landscape adalah fotografi pemandangan alam atau dalam
pengertian lain adalah jenis fotografi yang merekam keindahan alam,
dapat juga dikombinasikan dengan yang lain seperti manusia, hewan dan
yang lainnya, namun tetap yang menjadi fokus utamanya adalah alam.
Pemandangan
alam yang begitu indah pada saat-saat tertentu ketika secara sensitif
kita bisa menandai sifat dan arah datangnya sinar matahari. Misalnya
pada saat sore maupun pagi hari ketika sinar matahari bersifat
kekuning-kuningan dan arah jatuhnya membentuk bayangan obyek yang sangat
panjang. Selain itu saat pergantian musim, pada saat beberapa tumbuhan
sedang mengalami pergantian daun. Foto Pemandangan bisa di kategorikan
menjadi beberapa macam, misalnya :
Foto Landscape
Foto pemandangan alam daratan yang mencakup alam pegunungan, lembah, persawahaan. dan lain-lain
Foto Seascape
Foto pemandangan laut yang mencakup alam lautan, danau, dan segala obyek ya menekankan keberadaan air
Foto Skyscape
Foto pemandangan langit yang mencakup keberadaan awan, biru langit, sunrise, sunset, dan lain-lain
Foto Cityscape
Foto
pemandangan kota atau pedesaan yang mencakup keunikan-keunikan dan
keindahan-keindahan sudut-sudut perkotaan ataupun pedesaan yang mampu
menginformasikan ciri khas kehidupan masyarakat didalamnya.
1. Maksimalkan Depth of Field (DoF)
Tentu saja dgn semakin kecilnya apperture, berarti semakin lamanya exposure.
Karena keterbatasan lensa (yang tidak mampu mencapai f32 dan/atau
f64) atau posisi spot di mana kita berdiri tidak mendukung, sebuah
pendekatan lain bisa kita gunakan, yaitu teori hyper-focal, untuk
mendapatkan bidang fokus yang “optimal” sesuai dgn scene yang kita
hadapi. Inti dari jarak hyper-focal adalah meletakan titik focus pada
posisi yang tepat untuk mendapatkan bidang focus yg seluas-luasnya yg
dimungkinkan sehingga akan tajam dari FG hingga ke BG.
Dengan DoF lebar, akibat penggunaan f/20 dan pengaplikasian hyper-focal distance untuk menentukan focus.
2. Gunakan tripod dan cable release
Dari #1 diatas, akibat dari semakin lebarnya DOF yang berakibat
semakin lamanya exposure, dibutuhkan tripod untuk long exposure untuk
menjamin agar foto yang dihasilkan tajam. Cable release juga akan sangat
membantu. Jika kamera memiliki fasilitas untuk mirror-lock up, maka
fasilitas itu bisa juga digunakan untuk menghindari micro-shake akibat
dari hentakkan mirror saat awal.
3. Carilah Focal point atau titik focus
Hampir semua foto yang “baik” mempunyai focal point, atau titik focus atau lebih sering secara salah kaprah disebut POI (Point of Interest). Sebetulnya justru sebuah landscape photography membutuhkan sebuah focal point untuk menarik mata berhenti sesaat sebelum mata mulai mengexplore detail keseluruhan foto. Focal point tidak mesti harus menjadi POI dari sebuah foto.
Sebuah foto yang tanpa focal point, akan membuat mata “wandering” tanpa sempat berhenti, yang mengakibatkan kehilangan ketertarikan pada sebah foto landscape. Sering foto seperti itu disebut datar (bland) saja.
Focal point bisa berupa berupa bangunan (yg kecil atau unik diantara dataran kosong), pohon (yg berdiri sendiri), batu (atau sekumpulan batu), orang atau binatang, atau siluet bentuk yg kontrast dgn BG, dst.
Peletakan dimana focal point juga kadang sangat berpengaruh, disini aturan “oldies” Rule of Third bermain.
Pada contoh foto disamping, focal point adalah org berpayung yang berbaju merah
4. Carilah Foreground (FG)
Foreground bisa menjadi focal point bahkan menjadi POI (Point of Interest) dalam foto landscape anda.
Oleh sebab itu carilah sebuah FG yang kuat. Kadang sebuah FG yang baik menentukan “sukses” tidaknya sebuah foto landscape, terlepas dari bagaimanapun dasyatnya langit saat itu.
Sebuah object atau pattern di FG bisa membuat “sense of scale” dr foto landscape kita.
Oleh sebab itu carilah sebuah FG yang kuat. Kadang sebuah FG yang baik menentukan “sukses” tidaknya sebuah foto landscape, terlepas dari bagaimanapun dasyatnya langit saat itu.
Sebuah object atau pattern di FG bisa membuat “sense of scale” dr foto landscape kita.
Langit yang berawan bergelora, apalagi pada saat sunset atau sunrise,
akan membuat foto kita menarik, tapi kita tetap harus memilih apakah
kita akan membuat foto kita sebagian besar terdiri dari langit dgn
meletakan horizon sedikit dibawah, atau sebagian besar daratan dgn
meletakkan horizon sedikit dibagian atas.
Seberapa bagus pun daratan dan langit yang kita temui/hadapi saat memotret, membagi 2 sama bagian antara langit yang dramatis dan daratan/FG yang menarik akan membuat foto landscape menjadi tidak focus, krn kedua bagian tersebut sama bagusnya.
Seberapa bagus pun daratan dan langit yang kita temui/hadapi saat memotret, membagi 2 sama bagian antara langit yang dramatis dan daratan/FG yang menarik akan membuat foto landscape menjadi tidak focus, krn kedua bagian tersebut sama bagusnya.
Komposisi dgn menggunakan prisip “oldies” Rule of Third akan sangat
membantu. Letakkan garis horizon, di 1/3 bagian atas kalau kita ingin
menonjolkan (emphasize) FG nya, atau letakkan horizon di 1/3 bagian
bawah, kalau kita ingin menonjolkan langitnya.
Tentu saja hukum “Rule of Third” bisa dilanggar, andai pelanggaran
itu justru memperkuat focal point dan bukan sebaliknya. Juga tidak
selalu dead center adalah jelek.
6. Carilah Garis/Lines/Pattern
Garis-garis, juga bisa memberikan sense of scale atau image depth (kedalaman ruang).
Garis atau pattern bisa berupa apa saja, deretan pohon, bayangan, garis jalan,tangga, dst.
7. Capture moment & movement
Sebuah foto Landcsape tidak berarti kita hanya menangkap (capture)
langit, bumi atau gunung, tapi semua elemen alam, baik itu diam atau
bergerak seperti air terjun, aliran sungai, pohon2 yang bergerak,
pergerakan awan, dst, dapat menjadikan sebuah foto landscape yang
menarik.
Sebuah foto landscape tidak harus mengambarkan sebuah pemandangan luas, seluas luasnya, tapi sebuah isolasi detail, baik object yang statis maupun yg secara dinamis bergerak, bisa menjadi sebuah subject dari sebuah foto landscape. Untuk itu lihat Rule #13.
Sebuah foto landscape tidak harus mengambarkan sebuah pemandangan luas, seluas luasnya, tapi sebuah isolasi detail, baik object yang statis maupun yg secara dinamis bergerak, bisa menjadi sebuah subject dari sebuah foto landscape. Untuk itu lihat Rule #13.
Sebuah scene dapat dengan cepat sekali berubah. Oleh sebab itu
menentukan kapan saat terbaik untuk memotret adalah sangat penting.
Kadang kesempatan mendapat scene terbaik justru bukan pada saat cuaca
cerah langit biru, tapi justru pada saat akan hujan atau badai atau
setelah hujan atau badai, dimana langit dan awan akan sangat dramatis.
Selain kesabaran dalam “menunggu” moment, kesiapan dalam setting
peralatan dan kejelian dalam mencari object dan Focal Point seperti
awan, ROL (ray of light), pelangi, kabut, dll.
9. Golden Hours & Blue hours
Pada normal colour landscape photography, saat terbaik biasanya
adalah saat sekitar (sebelum) matahari terbenam (sunset) atau setelah
matahari terbit (sunrise).
Golden hours adalah saat, biasanya 1-2 jam sebelum matahari terbenam (sunset) hingga 30 menit sebelum matahari terbenam, dan 1-3 jam sejak matahari terbit, dimana “golden light” atau sinar matahari akan membuat warna keemasaan pada object.
Selain itu, saat golden hours juga akan membuat bayangan pada oject, baik itu pohon, atau orang menjadi panjang dan bisa menjadi leading lines spt yg disebutkan pada #6 diatas.
Jika kita memotret pada saat golden hours sudah lewat, atau pada saat matahari sudah terik, biasanya hasilnya akan flat atau harsh lightingnya krn matahari sudah jauh diatas.
Golden hours adalah saat, biasanya 1-2 jam sebelum matahari terbenam (sunset) hingga 30 menit sebelum matahari terbenam, dan 1-3 jam sejak matahari terbit, dimana “golden light” atau sinar matahari akan membuat warna keemasaan pada object.
Selain itu, saat golden hours juga akan membuat bayangan pada oject, baik itu pohon, atau orang menjadi panjang dan bisa menjadi leading lines spt yg disebutkan pada #6 diatas.
Jika kita memotret pada saat golden hours sudah lewat, atau pada saat matahari sudah terik, biasanya hasilnya akan flat atau harsh lightingnya krn matahari sudah jauh diatas.
Ini berlawananan dgn IR landscape photography yg tidak mengenal
golden hours, dimana saat terbaik justru pada saat tengah teriknya
matahari.
Blue hours adalah beberapa saat, biasanya hingga 20-30 menit setelah
matahari terbenam (sunset), dimana matahari sudah tebenam, tapi langit
belum gelap hitam pekat. Pada saat ini langit akan berwarna biru.
Jadi adalah kurang tepat, bahwa pada saat matahari sudah terbenam dan
langit mulai gelap (oleh mata kita), kita langsung mengemas/beres2
gear/tripod kita. Justru pada saat ini kita bisa mendapatkan sebuah
scene yang bagus dimana langit akan berwarna biru dan tidak hitam pekat.
Biasanya dgn long exposure, awan pun (walau kalau kita lihat dgn mata
telanjang sdh tidak tampak) masih akan terlihat jelas dan memberikan
texture pada langit biru.
10. Cek Horizon
Walaupun sekarang dgn mudah kesalahan ini dapat di koreksi dgn image
editor tapi saya masih berkeyakinan “get it right the first time” akan
lebih optimal.
Ada 2 hal terakhir saat sebelum kita menekan shutter:
- Apakah horizonya sudah lurus, ada beberapa cara untuk bisa mendapatkan horion lurus saat eksekusi di lapangan, lihat Rule #12

- Apakah horizon sdh di komposisikan dgn baik, lihat #5 untuk pengaplikasian Rule of third. Peraturan/rule kadang dibuat untuk dilangar, tapi jika scene yang akan kita buat tidak cukup kuat (strong) elementnya, biasanya Rule of Third akan sangat membantu membuat komposisi menjadi lebih baik. Memang dgn croping nantinya di software pengolah gambar, kita bisa memperbaikinya. Tapi kalau tidak dgn terpaksa, lebih baik pada saat eksekusi kita sudah menempatkan horizon pada posisi yang sebaiknya.
Ada 2 hal terakhir saat sebelum kita menekan shutter:
- Apakah horizonya sudah lurus, ada beberapa cara untuk bisa mendapatkan horion lurus saat eksekusi di lapangan, lihat Rule #12
- Apakah horizon sdh di komposisikan dgn baik, lihat #5 untuk pengaplikasian Rule of third. Peraturan/rule kadang dibuat untuk dilangar, tapi jika scene yang akan kita buat tidak cukup kuat (strong) elementnya, biasanya Rule of Third akan sangat membantu membuat komposisi menjadi lebih baik. Memang dgn croping nantinya di software pengolah gambar, kita bisa memperbaikinya. Tapi kalau tidak dgn terpaksa, lebih baik pada saat eksekusi kita sudah menempatkan horizon pada posisi yang sebaiknya.
Contoh foto disamping adalah salah satu dr foto yang saya ambil
amannya (save) untuk posisi horizon pada saat eksekusi. Oleh krn itu
horizon saya letakkan pas ditengah saja, dgn harapan pada saat itu, saya
bisa melakukan cropping nantinya (baik dicrop bagian atas atau pun
bagian bawah).
11. Ubah sudut pandang/angle/view anda
Kadang kita terpaku dgn sudut pandang atau angle yang umum kita
lakukan, atau mungkin kalau kita mengunjungi suatu tempat yang sering
kita lihat fotonya baik itu dimajalah atau website seperti di FN ini,
kita menjadi “latah” dan memotret dgn angle yang sama.
Banyak cara untuk mendapatkan fresh point of view. Tidak selamanya “eye-level angle” (posisi normal saat kita berdiri) dalam memotret itu yang terbaik. Coba dgn high-angle (kamera diangkat diatas kepala), waist-level angle, low level, dst, coba berbagai format horizontal dan/atau vertikal.
Banyak cara untuk mendapatkan fresh point of view. Tidak selamanya “eye-level angle” (posisi normal saat kita berdiri) dalam memotret itu yang terbaik. Coba dgn high-angle (kamera diangkat diatas kepala), waist-level angle, low level, dst, coba berbagai format horizontal dan/atau vertikal.
Atau mencoba mencari spot atau titik berdiri yang berbeda atau tempat
yang berbeda, misalnya dari atas pohon (ada memang fotografer senior
yang saya kenal yang senang memanjat pohon untuk utk mendapatkan view yg
berbeda, dan hasilnya memang berbeda dan unik), atau mencoba berdiri
lebih ketepi jurang, atau bahkan tiduran ditanah… tentu saja dgn lebih
mengutamakan keselamatan anda sendiri sbg faktor yang lebih utama dan
menghitung resiko yang mungkin didapatkan.
Satu hal yang harus dipahami, mencoba dengan sudut pandang yang
berbeda tidak selalu otomatis gambar kita akan lebih bagus atau lebih
baik, tapi begitu sekali anda mendapatkan yang lebih bagus, dijamin
pasti berbeda dgn yang lain.
Dengan sering ber-experimen dgn berbagai angle, lama-kelamaan insting anda akan terlatih saat berada di lapangan untuk mendapatkan tidak hanya angle yang bagus, tapi juga berbeda.
Jangan memotret berulang2 pada satu titik/spot. Cobalah untuk bergeser beberapa meter kesamping atau kedepan, atau bahkan berjalan jauh.
Juga sesekali coba untuk menoleh kebelakang untuk melihat, kadang bisa mendapatkan angle yang menarik dan berbeda.
3-5 exposure/jepretan pada satu titik dan “move on, change spot, change orientation (landscape <-> portrait), look back, change lenses”.
Dengan sering ber-experimen dgn berbagai angle, lama-kelamaan insting anda akan terlatih saat berada di lapangan untuk mendapatkan tidak hanya angle yang bagus, tapi juga berbeda.
Jangan memotret berulang2 pada satu titik/spot. Cobalah untuk bergeser beberapa meter kesamping atau kedepan, atau bahkan berjalan jauh.
Juga sesekali coba untuk menoleh kebelakang untuk melihat, kadang bisa mendapatkan angle yang menarik dan berbeda.
3-5 exposure/jepretan pada satu titik dan “move on, change spot, change orientation (landscape <-> portrait), look back, change lenses”.
Gunakan foto-foto yang sering anda lihat tersebut sebagai referensi, pelajari dan aplikasikan tekniknya dan coba menemukan sesuatu yang berbeda. Make a difference.
Kalau tidak keberatan tiduran sejenak di aspal.
12. Pergunakan peralatan bantu
Penggunaan beberapa peralatan bantu dibawah akan sangat membantu untuk mendapatkan foto landscape yang lebih baik.
- CPL filter
- ND filter
- Graduated ND filter, lihat disitu ttg Graduated Natural Density (Grad ND): What, How, & When
- Graduated color filter
- Bubble level jika tdk ada grid pada view finder atau gunakan focusing screen dgn grid, sangat membantu untuk mencapai levelnya horizon
- CPL filter
- ND filter
- Graduated ND filter, lihat disitu ttg Graduated Natural Density (Grad ND): What, How, & When
- Graduated color filter
- Bubble level jika tdk ada grid pada view finder atau gunakan focusing screen dgn grid, sangat membantu untuk mencapai levelnya horizon
Jika sudah melakukan segalanya dgn baik dan benar, akan lebih terbuka luas lagi kemungkinannya untuk mengolahnya dgn lebih sempurna nantinya.
13. Lensa yang dipergunakan
Kadang sering ada asumsi bahwa sebuah foto landscape itu harus
menggunakan lensa yang selebar mungkin. Tapi dalam membuat sebuah foto
landscape, semua lensa dapat dipergunakan, dari lensa super wide (14mm,
16mm, dst), wide (20mm – 35m), medium, (50mm – 85mm), hingga tele/super
tele (100mm – 600mm). Semua range lensa bisa dan dapat dipergunakan.
Semua itu tergantung atas kebutuhan dan scene yang kita hadapi. Lensa wide/super wide kadang dibutuhkan jika kita ingin merangkum sebuah scene seluas-luasnya dgn memasukan object yang banyak atau yang berjauhan atau ingin mendapatkan perspektif yg unik.Tapi kadang sebuah tele bisa digunakan untuk mengisolasi scene sehingga lebih un-cluttered, simple dan focus.
Jika tiba pada suatu lokasi/spot, usahakan mencoba dgn semua lensa yang anda bawa. Jangan terpaku pada satu lensa dan memotret berulang-ulang.
Kadang diperlukan kejelian, untuk melihat dan mencari suatu bentuk unik atau pattern dari luasnya sebuah scene landscape, sehingga kita dapat meng-isolasi dgn menggunakan lensa yang tepat. Hanya dengan sering memotret dan menghadapi berbagai scene di berbagai kondisi yang dapat mengasah insting anda, baik itu object apa yang harus dicari ataupun lensa apa yg harus dipergunakan.
Semua itu tergantung atas kebutuhan dan scene yang kita hadapi. Lensa wide/super wide kadang dibutuhkan jika kita ingin merangkum sebuah scene seluas-luasnya dgn memasukan object yang banyak atau yang berjauhan atau ingin mendapatkan perspektif yg unik.Tapi kadang sebuah tele bisa digunakan untuk mengisolasi scene sehingga lebih un-cluttered, simple dan focus.
Jika tiba pada suatu lokasi/spot, usahakan mencoba dgn semua lensa yang anda bawa. Jangan terpaku pada satu lensa dan memotret berulang-ulang.
Kadang diperlukan kejelian, untuk melihat dan mencari suatu bentuk unik atau pattern dari luasnya sebuah scene landscape, sehingga kita dapat meng-isolasi dgn menggunakan lensa yang tepat. Hanya dengan sering memotret dan menghadapi berbagai scene di berbagai kondisi yang dapat mengasah insting anda, baik itu object apa yang harus dicari ataupun lensa apa yg harus dipergunakan.
Penggunaan lensa yg tidak standard seperti fish-eye (baik itu yang
diagonal maupun yang full-circular) bisa juga mendapatkan view yang
menarik, tentu dgn pengunaan pada saat yang tepat. Tidak selalu
penggunaan fish-eye menghasilkan foto yg “bagus” walau memang berbeda.
14. Persiapkan diri dan sesuaikan peralatan
Walau ini tidak berhubungan langsung, tapi kadang sangat menentukan.
Sering kali kita membutuhkan research atau tanya dulu kiri kanan, baik
itu dgn googling atau bertanya dgn fotografer yang sudah pernah kesana
ke satu lokasi sebelumnya, terutama jika mengunjungi tempat yang berbeda
jauh iklim maupun cuacanya, krn itu akan menentukan kesiapan kita baik
fisik maupun peralatan yang harus dibawa, baik itu peralatan fotografi
maupun peralatan penunjang.
Cek ulang dan test semua camera dan lensa yang akan dibawa.
Akan lebih baik kalau semua perlataan yang akan dibawa dalam keadaan bersih, baik itu lensanya, filter2 maupun kamera (sensor) nya.
Akan lebih baik kalau semua perlataan yang akan dibawa dalam keadaan bersih, baik itu lensanya, filter2 maupun kamera (sensor) nya.
Membawa semua lensa yang kita punya kadang tidak bijaksana. Mungkin
suatu trip hanya membutuhkan satu atau dua lensa saja, atau justru
membutuhkan lebih dr itu krn kita sudah mempunyai gambaran atau
informasi atau trip tersebut merupakan pengulangan trip yg sudah pernah
dilakukan.
Mengetahui alam dan lingkungan dan adat (jika ada penduduknya) dari lokasi pemotretan juga akan sangat membantu.
Bahkan kadang dgn membawa peta (atau mungkin GPS) akan membantu kita menemukan suatu tempat atau spot, khususnya bila kita hunting di daerah ayng tidak ketahui atau lokasi yang kita tidak hapal.
Bahkan kadang dgn membawa peta (atau mungkin GPS) akan membantu kita menemukan suatu tempat atau spot, khususnya bila kita hunting di daerah ayng tidak ketahui atau lokasi yang kita tidak hapal.
Kesiapan diri dan peralatan akan menentukan apakah photo trip kita berhasil atau tidak.
Hal lain yang tidak kalah penting adalah melindung seluruh peralatan
yang anda bawa selama photo trip/hunting, baik itu hanya day-trip,
overnight trip atau trip berhari-hari bahkan berminggu-minggu.
Sebelum berangkat, pastikan anda memilki check-list perlaatan apa saja yg anda bawa. Catat juga semua model dan serial numbernya.
Untuk kiat-kiat melindungi peralatan/gear anda, silahkan baca Lindungi peralatan anda saat travelling.
Sebelum berangkat, pastikan anda memilki check-list perlaatan apa saja yg anda bawa. Catat juga semua model dan serial numbernya.
Untuk kiat-kiat melindungi peralatan/gear anda, silahkan baca Lindungi peralatan anda saat travelling.
Catatan dari Yadi Yasin :
Berhubung semua foto-foto yg dipergunakan sebagai contoh adalah foto sendiri, data EXIF masih intact, silahkan dilihat dr diafragma, speed, exposure time dan focal lenght yang dipergunakan.
Juga semua foto yg ditampilkan tanpa burning, dodging, layering, tanpa pengurangan atau penambahan unsur foto lain atau manipulasi lain, hanya adjust contrast, kadang adjust saturasi/tone/curve atau ubah bw/sepia.
Oh ya… banyak contoh2 foto diatas yang merupakan foto2 lama yang menggunakan kamera “lawas” yg tidak butuh UHU, hanya untuk sekedar contoh bahwa dengan pengaplikasian tips-tips diatas lebih akan menentukan hasil dari pada ditentukan dgn kamera apa (bahkan merek apa) yang digunakan.
Sekali lagi terima kasih, dan mohon maaf kalau teori dan penjelasan yg saya pergunakan sudah usang, oldies dan katrok
Kalau ada kekurangan atau tambahan silahkan ditambahkan, dan juga kalau ada kesalahan atau penerapan yang lebih terkini silahkan di bahas.
Benar-benar sebuah artikel yang menawan berikut contoh-contoh karya
nyata dari seorang maestro yang patut kita tiru dan contoh didalam
‘melukis dengan cahaya’ dari sebuah landscape (pemandangan alam).
Yuk, moto pemandangan yukkkk …
sumber:http://sen1budaya.blogspot.com/2012/11/fotografi-landscape.html
http://munjalindra.com/2008/12/10/14-tips-memotret-landscape.html
0 komentar:
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.